Oleh : Zainal Arifin
Dumai, (RPC)-Suasana pagi masih terasa, tetes embun menempel pada dedaunan. Dingin menusuk tulang, mentari pagi mulai menampakkan diri pertanda cerah cuaca. Sinarnya membersitkan sebuah harapan bahwa segala aktivitas bisa berjalan.
Risman masih berselimutkan sarung lusuh menutupi sekujur tubuhnya yang ringkih. Bergelung diatas tilam kapuk lusuh dan kumal, kantuk masih bergelayut meski pagi telah menjelma. Ada rasa enggan untuk bangkit, kemalasan masih membelenggu.
Semalam hujan deras membasahi sekujur tubuh saat beraktivitas. Pagi ini deman mulai merayapi tubuhnya, membuat lemas dan tiada bermaya. Namun demi memenuhi kebutuhan keluarga Risman berusaha bangkit. Sebelumnya Risman ingin pejamkan matanya kembali untuk sesaat. Mengulangi mimpi indah penghias tidurnya yang pulas. Urung terjadi karena matanya enggan terpejam lagi.
Selama ini Risman jarang tertidur pulas karena sulitnya mata terpejam. Pun jika terlelap karena kelelahan akibat aktivitas siangnya. Setiap malam saat berbaring pikirannya senantiasa menerawang. Memikirkan kebutuhan keluarga esok hari apa yang akan dimakan. Karena penghasilan hanya mencukupi untuk keseharian saja bahkan terkadang kurang.
.jpg)
Ket Foto: Fajar Julian Santoso, Community Development Officer CSR RU II Dumai bersama Risman dan Syahril penerima CSR Pertamina.
Risman mengusap mata berupaya menepis kantuk yang tersisa. Dipaksakan tubuhnya untuk bangkit, hari ini cuaca cerah dan bertekad melaut. Saat ngokang semalam penghasilannya nihil karena hujan turun seharian. Tiada jual beli tiada rezeki bisa diberi untuk anak dan istri.
Melangkah menuju arah pintu depan rumah, sejurus menyapu pandangan ke Utara. Laut tenang tiada debur ombak hanya sekawanan burung camar beterbangan. Bagi Risman kondisi cuaca menentukan aktivitas keseharian. Sebagai pedagang kokang hari cerah aktivitas aman InsyaAllah rezeki akan datang. Risman sosok di ceritakan dalam narasi ini keseharian berprofesi sebagai pedagang kokang.
Bangkit dari tidur istrinya telah tiada di samping, pastinya terbangun lebih awal. Seperti biasa mengurus buah hati mereka yang bersekolah pagi. M Riswaldi anak sulungnya itu duduk di Sekolah Dasar (SD) tak jauh dari rumah mereka. Tiga anaknya yang lain masih tertidur pulas dikamar sebelah.
.jpg)
Ket Foto: Awak media bersama pihak KPI saat berkunjung ke usaha Betuah Laundry.
Usai mengamati laut dan memastikan kondisi cuaca hari ini memungkinkan untuk ngokang. Risman segera menuju kamar mandi sedang istrinya, Nur Aminah Lubis masih berkutat di dapur. Si sulung telah pergi ke Sekolah sebelum Risman terbangun dari tidur pulas.
Usai berpakaian, Risman meneguk segelas kopi hangat yang telah tersaji. Minuman rutin setiap pagi terkadang tanpa gula karena persediaan tiada. Pagi ini kopinya terasa istimewa ubi rebus ikut tersaji diatas meja.
Usai menghirup habis kopi dan dua potong ubi sebagai penganjal perut Risman berpamitan. Ingin beraktivitas ngokang, seperti biasa menuju laut sebagai tempat ladang pencarian. Risman segera memanggil istrinya untuk berpamitan.
"Dek! Abang mau pergi ngokang," ungkap Risman setengah berteriak karena istrinya ada di dapur.
Mendengar pangilan Risman, istrinya bergegas ke ruang depan menghampiri. Diraihnya tangan Risman pertanda takzim seorang istri, seraya berkata.
.jpg)
Ket Foto: Syahril sedang melakukan aktivitas laundry, mengunakan setrika PLTS.
"Hati-hati Bang jangan lupa berdoa semoga Allah berikan keselamatan dan limpahan rezeki buat kita," sampainya lirih.
Risman mengamini "Iya Dek dan terima kasih atas doanya, semoga Allah berikan rezeki untuk keluarga kita," ucap Risman membalas perkataan.
Risman selanjutnya berpamitan "Assalamu'alaikum, Abang pergi dulu Dek dan jangan lupa jaga diri dan anak-anak kita," ujarnya berpesan.
Usai pamit Risman melangkah menuju arah dimana perahunya tertambat. Istrinya masih terus mengamati sampai sosok Risman menghilang di persimpangan jalan setapak. Selanjutnya barulah ia beranjak ke dapur mengulangi kerja yang belum tuntas. Dalam langkahnya tak lupa memanjatkan doa untuk keselamatan Risman suami tercinta.
"Ya Allah lindungilah suamiku dalam mencari nafkah, berikan keselamatan dan limpahkan rezeki barokah, hanya kepadamu kami bermohon dan juga meminta, engkaulah yang maha pengasih dan penyayang, penguasa sekalian alam, Amin-amin Ya Rabbal Alamin," ucapnya dalam doa.
.jpg)
Ket Foto: Instalasi pengelolaan air limbah, Betuah Landry
Berbelok arah, Risman selanjutnya menelusuri jalan menuju perahu. Melihat kondisi dan memastikan segala kelengkapan semua baik-baik saja. Begitupula dagangan, buah-buahan dan minuman kemasan tak luput diperiksa. Dirapikan serta disusun kembali, hari ini tentunya berharap ada pembeli. Jika tidak pasti akan rugi karena buah-buahan tidak segar lagi. Dapat dipastikan tidak akan ada yang mau membeli.
Jika sudah begitu tentu harus dibawa pulang untuk dikonsumsi sendiri atau terkadang di bagikan kepada saudara juga tetangga. Jika dibuang sayang karena masih bisa dikonsumsi meski tidak 'fresh' lagi. Itulah resiko sebagai pedagang kokang yang kerap dialami selama ini.
Menjadi pedagang kokang, berdagang buah-buahan dan minuman kemasan adalah mata pencaharian. Jarang mengunakan uang kontan tetapi barter dengan barang bekas atau rongsokan.
Profesi kokang rata-rata dilakukan masyarakat pesisir seperti Risman. Ada banyak kolega bahkan kaum kerabat juga melakoni hal serupa di perairan laut Dumai. Di Timur Pulau Sumatera berbatas Selat Malaka jalur Transportasi Laut terpadat sedunia. Ngokang istilahnya, satu-satunya pekerjaan yang bisa dilakoni Risman dan puluhan yang lain seperti dirinya.

Ket Foto: Risman menunjukkan produk Pupuk Organik Cair 'BOSFER' dan Sabun 'CYPLEANS' ramah lingkungan.
Kokang adalah sebutan bagi pedagang tradisional di laut dan pesisir pantai di Kota Dumai. Mengunakan perahu atau sampan menjaja dagangan dari kapal ke kapal yang berlabuh atau yang sedang tambat di Dermaga.
Profesi dagang unik dan khas telah dilakukan secara turun-temurun berbilang generasi warisan kerabat dan orang tua. Sebuah kearifan lokal yang kini terancam oleh regulasi karena ada pembatasan dan aturan.
Risman yang hanya bisa mengandalkan profesi kokang merasa gundah-gulana. Akhir-akhir ini aktivitas kokang kerap berbenturan dengan pihak keamanan perusahaan atau Otoritas kepelabuhanan. Dituding mendatangkan kekacauan, menyalahi aturan dan melanggar ketertiban.
Binggung dan nestapa menghantui, Risman tak tahu harus berbuat apa dirinya tak mengerti aturan. Baginya ngokang adalah profesi untuk mencari nafkah buat keluarga. Dahulu kegiatan kokang bisa diandalkan karena belum ada aturan membatasi.
Prinsipnya saling membutuhkan, terjadi kesepakatan, transaksi dilakukan jadilah jual beli. Kini harapan tersebut mulai sirna, kebimbangan mulai terasa. Alih profesi tidak punya keahlian, terlebih faktor usia tidak memungkinkan.
Risman segera melepas tali tambatan dan menghidupkan mesin perahu, bergerak perlahan ke tengah lautan. Haluan diarah menuju kapal-kapal lego jangkar (Labuh), berharap ada Anak Buah Kapal (ABK) berminat membeli dagangan.Terjadi jual beli berarti ada rezeki untuk anak dan istri.
Risman bersama perahunya bergerak dari satu kapal ke kapal labuh lainnya, terkadang merapat ke Dermaga. Alhamdulilah hari ini ada rezeki dibawa pulang karena ada yang membeli. Beberapa ABK kapal memborong buah-buahan dibarter barang rongsokan. Berupa tali kapal bekas dan juga besi tua yang akan dijual semula kepada para pengepul.
Hasil penjualan dibelikan buah-buahan dan minuman kemasan kembali. Sebagai penganti dagangan yang laku tadi. Sisanya untuk kebutuhan rumah tangga, meski tidak mencukupi. Namun tetap disyukuri, bagi Risman rezeki telah ada yang mengatur.
Risman sebenarnya sangat memaklumi hasil pekerjaan kokang tidak mencukupi. Apa mau dikata satu-satunya usaha yang bisa dilakoni. Tetap berusaha tidak ingin berputus asa dan berpangku tangan. Tidak ingin pasrah pada keadaan dan menyerah dengan kehidupan.
Di tengah kebimbangan sebagai pedagang kokang yang menimbulkan kegalauan. Menjadi beban pikiran apa yang akan terjadi jika aktivitas kokang terhenti. Entah berapa kali persoalan keberadaan pedagang kokang sampai kepada Anggota DPRD Kota Dumai.
Mencuba mengadu untuk mencari sebuah solusi yang bisa mengatasi. Rapat Dengar Pendapat (RDP) berulang kali diadakan dengan mengudang semua pihak terkait. Bahkan katanya akan dibuatkan Peraturan Daerah (Perda) agar ada payung hukum sebagai pelindung pedagang kokang. Nyatanya hingga kini belum terealisasi ada saja kendala atau hanya sebatas janji semata.
Suasana hati semakin tak menentu memikirkan masa depan yang tidak pasti. Timbul keputusasaan bagaimana menata kehidupan jika harapan tak lagi ada. Risman tidak dapat membayangkan masa depan keluarganya seperti apa. Senantiasa terus berdoa agar ada jalan keluarnya. Dari balik jendela Risman memandang kilauan cahaya di temaram senja. Seraya berharap di tengah rasa putus asa ada mukjizat datang seketika.
Gemerlap cahaya lampu Kilang Pertamina Dumai menjadi penerang alam sekitar. Bukan hanya sebatas pencahayaan untuk lingkungan dan area berdekatan. Tetapi untuk kehidupan nyata seperti halnya Risman sebagai pedagang kokang. Harapan tetap terpatri dalam hati meski rasanya mustahil terjadi. Karena itu hanya sebatas ilusi yang tidak mungkin terealisasi pada kehidupan nyata.
Doa senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah 'Azza wa Jalla mendengar permohonan Risman. Dari Kilang Pertamina Dumai melesat seberkas 'Cahaya' harapan timbul semula. Di tengah segala kesulitan, sebuah pertolongan datang dengan penuh harapan.
Program Corporate Social Responsibility (CSR), PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Unit Dumai datang mengapai. Ibarat sebuah 'Sekoci' yang menghampiri Risman dan kawan-kawan sebagai penyelamat. Ketika perahu dalam keadaan terombang-ambing ditengah lautan yang bergelora.
Pada awalnya berdasarkan informasi, bersama kawan-kawan kokang lainnya. Mengajukan proposal usaha ternak lele melalui program CSR. Namun setelah dilakukan kajian usaha tersebut dinilai kurang potensial. Lagian telah ada kelompok lain dikawasan berdekatan menekuni usaha ternak lele. PT Pertamina Dumai memberikan masukan bagaimana jika mencoba usaha lain seperti laundry misalnya.
“Usaha laundry, yang benar saja kami ini laki-laki," ujar Risman tertawa saat menceritakan awal mula mendengar usulan pihak Pertamina usaha lele diganti laundry.
Namun setelah diyakinkan dan mengelar diskusi panjang, ide itu diterima. Justru akhirnya menjadi jalan keluar meski pada awalnya ada keraguan. Pertamina Dumai tidak hanya memberikan modal, tapi juga pelatihan manajemen usaha, cara mengelola keuangan, hingga pelatihan membuat sabun alami berbahan dasar rumput teki.
Tahun 2023, usaha itu resmi berdiri dengan nama 'Betuah Laundry'. Bukan laundry biasa tetapi Green Laundry, karena menggunakan sabun ramah lingkungan yang dibuat sendiri. Lokasi dipilih pada sebuah kontrakan di Jalan Tanjung Sari, Kelurahan Tanjung Palas, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai.
Awal berdiri mesin laundry hanya dua unit, satu pencuci dan satunya pengering. Namun seiring berjalan waktu, sekarang ada empat. Semangat begitu membara karena tekad ingin meningkatkan perekonomian keluarga.
Bekerja dengan sistem shift, setiap anggota mendapat giliran dua kali seminggu. Keseluruhan dalam sebulan Risman dan kawan-kawan kebagian tugas sebanyak delapan kali. Mereka yang bertugas mengerjakan semuanya mulai dari mencuci, menjemur, menyetrika dan melipat kain laundry. Pertama mencuba ada rasa canggung namun lama-kelamaan menjadi terbiasa.
“Awalnya-awalnya banyak yang heran, kok bapak-bapak buka laundry biasanya kan ibu-ibu, tetapi seiring waktu mereka mengetahui proses terjadinya, kami yang terlibat melakoni laundry pertama ada rasa canggung namun pada akhirnya sering berjalan waktu biasa saja, malahan sekarang menjadi kebanggaan dan pilar utama penyangga perekonomian keluarga,” ujar Risman mengenang awal usaha laundry cetusan Pertamina.
Seperti usaha lain, perjalanan Green Laundry tidak selalu mulus. Di awal, omzet kelompok hanya sekitar Rp2 jutaan sebulan. Dibagi 10 setiap orang hanya menerima bagian 200 ribuan.
“Pernah merasa goyah karena tidak sesuai harapan, teman-teman merasa patah semangat dan jika ada satu yang malas lainnya ikut-ikutan terimbas," imbuh Risman.
Konflik juga kerap muncul, dari soal jadwal shift hingga pembagian hasil. Namun berupaya belajar untuk saling memahami. Karena inilah satu-satunya peluang bertahan di tengah kondisi laut yang semakin tidak menentu.
“Kalau ada masalah kami duduk bersama, berdiskusi dan bermusyawarah perlahan belajar saling terbuka, agar semua masalah bisa teratasi,” imbuh Syahril Nelayan kokang lainnya yang ikut beralih haluan membuka usaha laundry seperti halnya Risman.
Salah satu keunikan Green Laundry adalah penggunaan sabun alami berbahan rumput teki. Rumput liar yang banyak tumbuh di pinggir jalan dan kawasan pemukiman. Diolah menjadi cairan pembersih yang ramah lingkungan.
Sebuah inovasi dari Pertamina yang sangat menginisiasi. Pelatihan pembuatan sabun ini diberikan langsung oleh pihak Pertamina. Selain ramah lingkungan, sabun teki juga menjadi ciri khas Green Laundry yang menjadi pembeda dengan usaha laundry lainnya.
“Kalau orang bertanya, apa bedanya usaha laundry kami dengan yang lain? ya ini, sabun buatan sendiri lebih alami, lebih ramah lingkungan dan lebih bisa diandalkan,” sampai Risman seraya mengukir senyuman.
Kerja keras itu akhirnya berbuah manis berkat pendampingan intensif dari Pertamina. Betuah Laundry perlahan bertambah pelanggan. Terutama setelah mendengar kisah di balik usaha ini tercetus karena kesulitan ekonomi.
“Banyak orang justru tertarik karena kisah kami dari nelayan kokang jadi tukang laundry, dari yang selama ini berkutat diatas lautan merambah ke daratan, semula tidak pernah terbayangkan atau terpikirkan sama sekali, itu kan unik ibarat pepatah 'Asam di darat garam di lautan bertemu dalam satu belanga' mungkin rezeki kami ada di darat namun lautan tidak akan pernah kami lupakan karena pada hakikatnya itulah kehidupan kami sesungguhnya," lirih Risman dengan mata sedikit berurai air mata karena mengenang saat-saat ekonomi keluarga terguncang diawal buka usaha.
Kini omzet kelompok bisa mencapai 8 sampai 10 jutaan perbulan. Masing-masing anggota membawa pulang 800 ribuan hingga 1 jutaan. Memang belum besar, tapi jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
“Dulu bisa cuma Rp200 ribuan sebulan, sekarang Alhamdulillah lebih baik, anak bisa sekolah, dapur bisa ngebul,” kata Nur Aminah Lubis, istri Risman dengan seulas senyuman.
Bagi Risman dan kawan-kawan, Green Laundry bukan sekadar usaha cuci pakaian. Ini adalah simbol perubahan cara pandang, dari yang selama ini mencari nafkah dilaut yang semakin semrawut. Menemukan jalan baru untuk tetap berusaha meski awalnya mustahil terjadi.
Lebih dari itu, Green Laundry juga mengubah cara masyarakat memandang peran gender. Kalau biasanya usaha laundry identik dengan kaum hawa. Kini bapak-bapak membuktikan mereka juga bisa mengerjakan.
“Istri kami sekarang bangga, katanya bapak-bapak bisa juga mengurus baju mengantikan profesi ibu-ibu,” ujar Risman dan Syahril menceritakan kisah istri mereka.
Agustiawan, Area Manager Communication, Relations, & CSR PT KPI Unit Dumai pada satu kesempatan berbeda. Menanggapi keberhasilan Green Laundry adalah bukti nyata bagaimana program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dirancang untuk memberikan solusi jangka panjang.
“Green Laundry membuktikan bahwa nelayan pesisir bisa beradaptasi dan mandiri melalui usaha baru, kami ingin mendampingi masyarakat menemukan peluang alternatif, bukan hanya memberikan bantuan sesaat namun jangka panjang,” ujarnya saat itu.
Agustiawan menambahkan "Semangat gotong royong para nelayan kokang adalah inspirasi, memberdayakan nelayan untuk mengembangkan usaha binatu ramah lingkungan yang bertujuan meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir, menanamkan gaya hidup berkelanjutan, serta berkontribusi pada tujuan peningkatan ekonomi, sebuah inovasi sosial yang digagas Kilang Pertamina Dumai," ujarnya lagi.
"Tujuan Program sebagai pemberdayaan Ekonomi, memberikan peluang ekonomi baru dan meningkatkan pendapatan bagi para nelayan yang mencari alternatif mata pencaharian, menjadi simbol transisi menuju cara hidup yang lebih peduli lingkungan di kalangan masyarakat pesisir dan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Pertamina, khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja yang produktif dan inklusif, memberdayakan masyarakat pesisir untuk menjadi wirausaha yang mandiri dan berdaya saing tinggi," pungkas Agustiawan.
Green Laundry bukan hanya tentang mencuci dan merapikan pakaian, tapi tentang mencuci dan mengubah stigma serta cara pandang. Bahwa masyarakat pesisir pun bisa berinovasi, beradaptasi, dan berdiri mandiri. Laut boleh membatasi, tapi semangat manusia tak pernah terbatas. Dari Dumai, kawasan Pesisir pantai kisah ini menjadi bukti bahwa perubahan bisa lahir dari kemauan untuk mencoba jalan baru.
Risman tentunya berharap kelanggengan pedagang kokang terus berjalan. Meski keadaan belum bisa memastikan adanya keberlanjutan. Ada beberapa faktor penghalang, terutama regulasi yang memandang keberadaan kokang menganggu ketertiban kawasan kepelabuhanan.
Resiko pedagang kokang sangat tinggi, ombak menerjang bila masa sahaja. Angin kencang senantiasa datang tanpa aba-aba menghempas perahu. Belum lagi aturan pelayaran yang semakin ketat menutup celah untuk beraktivitas.
Berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 819 Tahun 2018 Tentang Tata Alur Pelayaran dan Daerah Labuh Kapal. Ruang gerak semakin sempit, Daerah yang biasa dilintasi kini ditetapkan sebagai area terlarang. Semakin memperkecil gerakan semakin mempersulit untuk mencari penghasilan. Namun kehidupan harus terus berjalan, nafkah untuk keluarga menjadi keharusan. Kewajiban sebagai kepala keluarga mesti dituntaskan apapun kendala dan resikonya.
Terbitnya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 819 sebagaimana disebut diatas bukan satu-satunya bencana bagi pedagang kokang. Merebaknya Wabah Covid-19 dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Maret 2020.
Menjadi awal malapetaka ketika Pemerintah melakukan Social distancing. ABK kapal asing tidak bisa berinteraksi padahal merekalah pembeli utama. Ketika Risman teringat masa itu terasa nyeri di dada karena kehidupannya begitu sengsara.
Kini saat Risman menatap laut, tiada lagi rasa was-was memikirkan bagaimana perahu di terjang ombak. Tiada lagi merasa galau ketika kokang tidak menjadi tumpuan. Tiada lagi merasa risau ketika buah-buahan tidak lagi segar.
Karena telah ada alternatif penganti, green laundry inovasi Pertamina memberi seberkas cahaya. Laut tetap menjadi sandaran hidup, gokang tetap dilakoni. Karena bagian dari tradisi yang harus dipertahankan selain sebagai sumber ekonomi. Risman sadar rezeki bisa datang dari mana saja asal ada kemauan disitu ada jalan. Pertamina telah membuka ruang tinggal melakoni dan harus ditekuni.
“Kalau dulu kami hanya bergantung pada kapal-kapal yang memasuki perairan Dumai, sekarang kami punya usaha sendiri, rasanya lebih tenang, lebih bangga dan tentunya mensyukuri atas semuanya dan terima kasih tiada terhingga untuk PT Pertamina yang peduli dengan kehidupan kami yang sempat mati suri” ujar Risman berfilosofi.
"Semoga kisah kami bisa menginspirasi bagi siapa saja, jangan pernah menyerah oleh keadaan asal ada kemauan pasti ada jalan keluarnya, namun pada cerita kami nelayan kokang, peranan Pertamina sangat dominan dan tidak bisa diabaikan, jika tidak ada inisiasi mustahil akan terjadi, Pertamina jadilah pelita penerang kehidupan untuk negeri," ujar Risman sembari menyelipkan kata-kata kias berupa pujian.
Ironi kehidupan para pedagang kokang telah mendapat solusi oleh Pertamina Dumai. Berawal dari program CSR, pihak Pertamina melihat bahwa profesi kokang sangat berbahaya untuk keselamatan diri mereka, juga berbenturan dengan regulasi dan aturan yang ada. Terlebih penghasilan dari aktivitas kokang tidak menentu karena banyak faktor ikut mempengaruhi.
Melalui inisiatif Laundry Ramah Lingkungan, perusahaan berhasil mentransformasikan aktivitas ngokang. Pekerjaan berisiko di laut menjadi usaha laundry yang produktif dan aman di darat.
Program ini digagas untuk memberikan alternatif mata pencaharian bagi masyarakat pesisir yang sebelumnya menggantungkan hidup dari kegiatan di laut yang penuh risiko. Kini mereka diberdayakan melalui usaha laundry ramah lingkungan yang dilengkapi fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), CCTV, serta sistem operasional berstandar keamanan tinggi.
“Awalnya banyak dari mereka bekerja di laut dengan risiko tinggi, melalui program ini, kami ingin mengubah pekerjaan yang tidak aman menjadi aman dan berkelanjutan, dengan adanya laundry ramah lingkungan, mereka kini punya penghasilan tetap, lingkungan kerja yang bersih, dan waktu lebih banyak bersama keluarga,” ujar Iwed Mulyani, Community Development Specialist CSR RU II Dumai di lokasi usaha laundry.
Iwed pangilannya, menjelaskan kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa program CSR bukan sekadar bantuan sementara. Tetapi investasi sosial jangka panjang yang mendorong kemandirian.
“Kami berharap masyarakat yang dulu bekerja di laut kini bisa tumbuh dengan kemampuan baru, program ini dari, oleh, dan untuk masyarakat, harapan kami ke depan mereka dapat terus mengembangkan keterampilan dan menciptakan lapangan kerja baru secara mandiri,” tambahnya.
Sementara itu, Fajar Julian Santoso selaku Community Development Officer CSR RU II Dumai. Saat itu turut hadir di usaha Betuah Laundry menuturkan kepada awak media bahwa inovasi menjadi kunci keberhasilan program. Pihaknya berupaya menciptakan nilai tambah agar kegiatan laundry ini tidak hanya sekadar usaha cuci pakaian serta produk lainnya dengan konsep ramah lingkungan dan efisiensi biaya.
“Kami berupaya terus berinovasi, salah satunya dengan memproduksi sabun cair ramah lingkungan hasil riset bersama Pertamina Foundation, bahan bakunya berasal dari tumbuhan alami di sekitar lingkungan warga, selain menghemat biaya operasional, sabun ini juga aman bagi kesehatan dan lingkungan,” jelas Julian.
Julian juga menyebutkan bahwa program ini telah berkembang pesat. Dari awal hanya satu unit usaha, laundry saja dan kini kelompok masyarakat binaan sudah memiliki unit usaha turunan lainnya, seperti pembuatan sabun, kuliner, pupuk cair dan sebagainya.
Bahkan, kelompok Risman telah membentuk sebuah wadah berbentuk koperasi. Agar seluruh kegiatan usaha menjadi lebih terstruktur dan tertata dengan manajerial yang lebih profesional.
"Sedari awal konsep laundry didesain untuk ramah lingkungan, sabunnya terbuat dari bahan alami yaitu rumput teki, juga kita lengkapi dengan IPAL, bahkan dari kolam IPAL telah kita inovasi dengan pembuatan pupuk organik cair berlabel "Bosfer" dengan kemasan 1 liter, meski belum diproduksi secara komersial, karena masih dilakukan penyempurnaan produk, terus dilakukan kajian dan penyempurnaan, selain itu pak Risman baru saja diarahkan mengikuti pelatihan laundry sepatu, bagian dari pengembangan laundry pakaian yang ada sekarang," papar Julian.
"Betuah Loundry juga tidak perlu memikirkan pembiayaan untuk listrik. Karena Pertamina telah membekali dengan fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)." ujar Iwed Mulyani menambabkan keterangan.
Risman menimpali "Untuk listrik kami tidak perlu mengeluarkan biaya lagi karena mengunakan panel surya, semuanya sudah lengkap tinggal mengaktifkan saja, kami juga dilengkapi dengan peralatan CCTV (Closed Circuit Television), sehingga dari sisi keamanan terjaga dengan baik, boleh dikatakan apa yang diberi oleh Pertamina paket komplet, dan kami bertekad untuk menjaga dan memelihara asset yang telah diberikan," pungkasnya saat awak media menyambangi tempat usaha Betuah Laundry pada Selasa, (7/10/2025).
Sedangkan Pemerintah Kota Dumai melalui pihak Kelurahan sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kepedulian dan dukungan terhadap masyarakat Kelurahan Tanjung Palas. Sebuah langkah positif dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sekaligus memperkuat hubungan harmonis antara perusahaan dan masyarakat sekitar.
"Atas nama Pemerintah Kelurahan Tanjung Palas, kami menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit Dumai atas kepedulian dan dukungannya melalui program CSR yang telah disalurkan kepada masyarakat kami," Ucap Lurah Tanjung Palas, Untung Effendi, S. Sos.
Untung sapaan akrabnya menambahkan "Adapun bantuan berupa program pembinaan Green merupakan bentuk nyata komitmen perusahaan dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat serta menciptakan peluang ekonomi berbasis lingkungan, kami melihat program ini sebagai langkah positif dalam memperkuat hubungan harmonis antara perusahaan dan masyarakat sekitar, sekaligus menjadi wujud sinergi nyata dalam upaya membangun kemandirian ekonomi lokal, Green Laundry diharapkan mampu membuka lapangan usaha baru yang ramah lingkungan,"
"Pemerintah Kelurahan Tanjung Palas siap mendukung dan mengawal pelaksanaan program ini agar berjalan efektif dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat. Semoga kerja sama baik antara PT KPI Unit Dumai dan masyarakat Tanjung Palas dapat terus terjalin demi mewujudkan lingkungan yang maju, mandiri, dan sejahtera," pungkasnya, Kamis (9/10) pagi.
Ngokang dan laundry dua profesi dilakoni Risman secara bersamaan. Satu di lautan dan satunya di daratan. Semoga langgeng dan semakin berkembang.
Bagi Risman, Syahril dan kawan lainnya, hari esok dan seterusnya senantiasa ada harapan. Tiada lagi bimbang terasa apalagi keputusasaan optimis terus terjaga. Semua berkat program TJSL Pertamina Dumai yang selalu memberi dan memberi. Tidak meminta pamrih, tidak perlu kalungan medali, tidak perlu sanjungan. Karena semua berasal dari hati, tulus dan ikhlas untuk membangun negeri.***(RPC)