Kota Dumai, Riau-(RPC)
Lebat dan tingginya curah hujan melanda hampir keseluruhan wilayah dalam kota Dumai pada Minggu malam (24/12/2023) sehingga Senin pagi mengakibatkan terjadinya banjir. Situasi tersebut diperparah air laut dalam kondisi pasang tak pelak akibatnya beberapa ruas Jalan dan kawasan hunian tergenang air setinggi lutut orang dewasa.
Terpantau oleh media ini Senin pagi, (25/12) beberapa ruas Jalan tergenang air, seperti Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Sultan Syarif Kasim, Jalan Sultan Hasanuddin, Jalan Muhammad Husni Thamrin (Dock Yard), Jalan Sadar dan Jalan Kesuma serta Jalan Janur Kuning Jayamukti.

Kondisi saat banjir kemarin di Jalan Sultan Syarif Kasim ketinggian air mencapai lutut orang dewasa.
Akibat genangan air cukup tinggi beberapa pelintas Jalan terutama pesepeda motor mengalami mogok. Kondisi itu paling banyak terjadi di Jalan Sultan Syarif Kasim tepatnya depan Kantor Telkom karena banjir yang tinggi. Selain beberapa ruas Jalan terkena banjir kawasan hunian berdekatan juga mengalami hal serupa. Kondisi banjir serta merta dimanfaatkan beberapa anak berenang bersama.
Banjir sempena Natal ini menjadi pusat perhatian dan perbincangan masyarakat, baik percakapan langsung atau di media sosial (Medsos). Bahkan pada salah satu group WhatsAap menjadi isu panas dengan beragam komentar. Ada yang berpendapat banjir disebabkan faktor alam yaitu memasuki awal musim penghujan serta akibat pasang rob. Lain pihak mengaitkan dengan kegagalan Walikota Dumai H. Paisal, SKM., MARS menuntaskan persoalan banjir.

Gambar peta lokasi Hutan Wisata Sungai Dumai (Sumber Google).
Terkait hal tersebut awak media cuba berdialog dengan Akhmad Khadafi. Melalui percakapan langsung Selasa sore, (26/12) di salah satu tongkrongan kopi Jalan Patimura. Pada awak media sosok pemilik Sertifikasi Bidang Lingkungan itu menjelaskan panjang lebar dan berikut penjelasannya.
"Untuk banjir saat ini jika saya menyimpulkan secara pribadi ada beberapa hal perlu disikapi dengan Objektivitas riil, ini pendapat pribadi jangan pulak dikaitkan dengan hal lainnya". ujarnya awali percakapan.
"Pertama, genangan air tengah kota (Jalan Sultan Syarif Kasim, Jalan Sudirman Laut, Simpang 4 Kantor Polisi dan sekitarnya disebabkan curah hujan yang sangat tinggi dan kapasitan pembuangan atau jaringan Drainase kota sebahagian dalam perbaikan".
"Kedua, banjir kiriman melanda Wilayah di Kelurahan Bumi Ayu selain diakibatkan oleh intensitas hujan yang cukup tinggi diperparah air kiriman dari hutan diatas kawasan Bumi Ayu atau Hutan Wisata Sungai Dumai (HWSD), begitupula dengan beberapa Wilayah di Kelurahan Jayamukti seperti Jalan Kesuma sekitarnya dan pemukiman sekitar Jalan Janur Kuning, yang mana luasan hutan kurang lebih 4.750 Ha kini hanya tinggal ratusan hektar saja lagi karena sudah beralih fungsi dari kawasan hutan kawasan penyangga kini telah menjadi kawasan perkebunan dan pemukiman, hai ini sangat miris akibat hutan telah hilang bencana banjir menerpa di beberapa Wilayah dalam kota Dumai, HWSD dibawah pengawasan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Riau, dan kejadian banjir akibat air kiriman dari Hutan Wisata ini diharapkan BKSDA bisa memberikan penjelasan kemana keutuhan HWSD itu sekarang?".
"Ketiga, Banjir kiriman di Wilayah kelurahan Ratu Sima antaranya Simpang Empat Kelakap Tujuh dan sekitarnya, Pemukiman warga Kawasan UKA, Jalan Bunga Tanjung, Jalan Meranti darat, Jalan Sungai Teras atas, Jalan Bangun Sari, Jalan Mina Sari, banjir ini kiriman dari penuhnya Waduk (Embung) penampungan air milik Pertamina di pinggaran Perumahan Pertamina Bukit Datuk, daya tampung waduk milik Pertamina ini tidak ada saluran pembuangan saat kondisi penuh sehingga saat hujan besar atau intensitas tinggi air Waduk menjadi penuh dan akan membanjiri Wilayah Kelurahan Ratu Sima".
Setelah menguraikan persoalan banjir lantas melanjutkan "Dari kejadian ini harapan kita pemerintah mampu mempersiapkan segala sesuatu hal dalam menghadapi permasalahan air pasang dan air hujan, sebagai bahan pertimbangan dan masukan pemerintah membuat Master Plant penangan atau pencegahan banjir air pasang maupun banjir kiriman dari air Hutan dan Waduk milik Pertamina".
"Artinya dengan uraian diatas tidak serta merta menyalahkan atau menuding pihak tertentu gagal mengatasi banjir, ada juga pihak lain semestinya bisa di persalahkan dan bertanggungjawab sesuai kapasitas, selain itu faktor alam juga mesti dipertimbangkan artinya jika bicara banjir kita pasti membahas hal 'komplek' ada banyak pihak harus memikirkan dan ikut bertanggungjawab, tidak adil rasanya jika banjir terjadi hanya dibeban dan salahkan satu pihak saja". pungkas satu-satunya calon Anggota DPR-RI asal Dumai.
Menurut literatur awak media kutip melalui Google, bahwa kawasan hutan lindung mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, pengendalian erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Kesimpulan bisa diambil adalah jika kawasan hutan berubah maka fungsi diatas tidak terjadi.
Hutan Wisata Sungai Dumai (HWSD) atau Hutan Wisata Alam (HWA) Sungai Dumai ditunjuk berdasarkan SK. Gubernur KDH Tk I Riau No.85/I/1985 Tanggal 23 Januari 1985 dengan luas kawasan 5.000 Ha dan penetapan kawasan berdasarkan SK. Menhut No.154/Kpts-II/1990 Tanggal 10 April 1990 dengan luas kawasan 4.712,50 Ha.
Secara Geografis terletak di 1 31-1 38LU dan 100 31-101 28BT, kawasan ini terletak di wilayah Administrasi kota Dumai Provinsi Riau. Secara Administrasi Kehutanan berada di bawah pengawasan Seksi Konservasi Wilayah III Bidang KSDA Wiayah II Balai Besar KSDA Riau. Ditetapkan sebagai hutan wisata karena memiliki karakteristik sesuai dengan kriteria hutan wisata.
Terakhir perlu disampaikan agar masyarakat mengetahui, bahwa menurut perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebahagian Wilayah Riau pada Oktober hingga Desember terkonfirmasi sudah mulai mengalami musim hujan. Karena itu masyarakat yang kerap terdampak banjir dituntut kewaspadaan dalam mengantisipasi kemungkinan banjir kembali menghampiri.***(RPC)