Kota Dumai, (Riau) RPC
Pembacaan Maklumat Daerah Istimewa Riau yang digagas dan diprakarsai Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Provinsi di halaman Gedung Balai Adat Melayu Riau Jalan Diponegoro, Kota Pekanbaru Selasa 20 Mei 2025 bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) mendapat reaksi beragam di kalangan masyarakat Melayu di Kota Dumai.
Tidak pula menutup kemungkinan 'memantik' terjadinya hal sedemikian pada beberapa Wilayah lain yang bernaung dibawah panji Provinsi Riau di 12 Kabupaten/Kota. Keinginan mewujudkan Provinsi Riau saat ini menjadi Daerah Istimewa Riau katanya sebuah ikhtiar kolektif menghidupkan kembali kultural peradaban khazanah Melayu satu masa dahulu masyhur menjulang.
Apakah pemikiran melahirkan gagasan untuk sebuah legitimasi kata 'Istimewa' melalui kajian panjang dan komprehensif. Melibatkan seluruh komponen masyarakat seantero Negeri atau hanya 'birahi' pelampiasan hasrat untuk motif tertentu.
Menyikapi gonjang-ganjing di masyarakat, penulis secara spesifik berbincang bersama tokoh muda Dumai. Muhammad Ali Akbar secara tatap muka pada sebuah cafe. Dari perbincangan bersama dua sosok diatas maka terangkum tulisan ini. Telah melalui proses editing dan narasi didalamnya murni pendapat pribadi.
"Saya bagian anak Negeri dan bergabung di lembaga Adat ingin bertanya rasanya isu ini belum pernah masuk ke gendang telinga terkait wacana Provinsi Riau menjadi Daerah Istimewa Riau, tetapi secara serta merta langsung mencuat kepermukaan, padahal kami anak pesisir punya keinginan membentuk Provinsi Riau Pesisir wacana yang telah lama kami impikan."
Bolehkan kami menilai dan berprasangka bahwa pencetusan Daerah Istimewa Riau sebagai batu sandungan atau halangan untuk keinginan terbentuknya Provinsi Riau Pesisir. Karena kedua hal diatas adalah agenda besar mencakup banyak aspek serta kepentingan politik besar. Sebuah keniscayaan jika keinginan tersebut secara bersamaan memperoleh dukungan setara.
Pembacaan Maklumat Daerah Istimewa Riau dihadiri para raja dan ahli waris kerajaan yang pernah hidup dan berjaya di tanah Riau. Boleh-boleh saja dan tiada masalah semua punya kebijakan dan prinsip, siapapun mereka dari latar belakang berbeda apakah anak keturunan raja atau rakyat jelata bebas menentukan pendirian dan sikap.
Semua sama sahaja tiada berbeda memiliki hak dan kewajiban setara sebagai warga Negara. Tetapi kami anak pesisir yakin pada kekuatan kami sebagai rakyat jelata. Status hamba sahaya sebagai pribumi sebuah keikhlasan menjaga Marwah Negeri. Tetap mendukung terbentuknya Provinsi Riau Pesisir dan tak peduli dengan wacana seberang apalagi ada kompromi.
Bolehkan anak pesisir bertanya apakah perjuangan Daerah Istimewa Riau memang sebuah cita-cita kolektif rakyat Riau. Jika jawabannya iya, uraikan rakyat Riau yang mana biar pulak kami tahu dan bisa menilai siapa, dari mana dan apa argumentasinya. Atau boleh anak pesisir menduga bahwa wacana Daerah Istimewa Riau hanyalah kehendak elite tertentu saja. Biar waktu menjawab, jika yang lain boleh ber'orasi dan ber'opini tentunya demi kesetaraan diperbolehkan pula dan tak perlu dipertikaikan menjadi silang-sengketa masih bersaudara.
Anak pesisir kaum rakyat jelata tak pernah berkoar sumbangsih telah diberi kepada pemangku Negeri apalagi menyatakan dahulu nenek moyang kami berdaulat diatas tanah keramat. Cuma anak pesisir memastikan leluhur kami dan kini kami tunduk dan patuh terhadap NKRI harga mati tak dapat ditawar lagi.
Anak pesisir tidak butuh legitimasi menjadi 'Istimewa' jika hanya semboyan dan slogan saja. Bagi kami istimewa atau biasa sama saja. Kami butuh kinerja untuk mensejahterakan kami anak watan sebagai pribumi yang selama ini terkebiri. Kesenjangan semakin menjadi keadilan entah kemana pergi pembangunan tidak merata apalagi yang bisa kami nikmati. Sedih rasa dihati menjunam ke hulu hati karena itulah kami anak pesisir berikhtiar mengurus diri sendiri.
Menurut penafsiran kami satu-satunya keinginan hakiki terbentuk Provinsi Riau Pesisir keinginan mulia demi kemakmuran bersama. Tidak terbesit agenda politik atau intrik apalagi dilandasi pemikiran picik. Biarlah masa lalu menjadi histori berpikir bagaimana ke depan anak cucu mengalami kesejahteraan dan kemakmuran. Selama ini daerah pesisir merasa terabaikan karena kurang mendapat asupan pembangunan.
Ketimpangan dan rasa tidak berkeadilan mempersatukan semangat terbentuk Provinsi Riau Pesisir. Perjuangan ini menjadi warisan bagi anak cucu kami sebagai pribumi pesisir. Amanah yang bisa diwariskan kepada generasi akan datang dari sebuah aspirasi bukan konspirasi.
Satukan semangat kuatkan tekad terbentuknya Provinsi Riau Pesisir, seluruh masyarakat wilayahnya terintegrasi kedalam wacana Provinsi Riau Pesisir mesti mendukung. Menjadi sebuah keharusan mendukung pergerakan ini dan sebaliknya jangan latah ikut-ikutan mendukung. Apalagi pergerakan tersebut dirasa menggembosi semangat pembentukan Provinsi Riau Pesisir.
Kalimat diatas hasil perbincangan bersama sosok Muhammad Ali Akbar (Akang Ulong) pada sebuah sembang ringan. Bahkan dirinya berencana mengadakan konprensi pers tentang sikap pembentukan Provinsi Riau Pesisir. Wacana ini telah bergulir dan beberapa tokoh menyatakan ikut berpartisipasi dan siap mendukung.
Ibar sapaan akrabnya juga akan melakukan 'Roadshow' bersama beberapa tokoh ke beberapa daerah yang tergabung dalam pembentukan Provinsi Riau Pesisir. Melibatkan seluruh elemen masyarakat Dumai yang mendukung wacana pembentukan Provinsi baru.
"Sudah berkoordinasi dengan beberapa tokoh dan dalam waktu dekat konferensi pers terkait wacana pembentukan Provinsi Riau Pesisir sekaligus nyatakan penolakan terhadap wacana Daerah Istimewa Riau, bagi kita itu tujuan utama dan yang lain kita kesampingkan." ujarnya saat beberapa waktu lalu.***(RPC)