Inovasi Kilang Pertamina Dumai Mengubah Keputusasaan Menjadi Secercah Harapan

Inovasi Kilang Pertamina Dumai Mengubah Keputusasaan Menjadi Secercah Harapan
Keterangan photo : Inovasi alat pemecah ombak (APO) inovasi Kilang Pertamina Dumai di Pesisir Pantai Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai.

Oleh : Zainal Arifin

Kota Dumai, (Riau)-RPC

Hembusan angin utara dari arah Pulau Rupat menciptakan deburan ombak menuju Pesisir Pantai Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai. Saling berkejaran dan bergulung dengan alunan dan gerak berkesinambungan. Menjadi seperti sebuah palu godam ketika sampai pada tebing-tebing curam. Menguncang dan menghantam sekaligus mengikis material sehingga menimbulkan abrasi pantai.

Sebuah penomena alam yang terjadi semakin hari semakin menghawatirkan dan membawa kecemasan. Kenapa tidak! dahulunya pinggiran pantai berjarak sejauh mata memandang dengan kawasan pemukiman. Kini hanya tersisa, dan jika di ibaratkan sebuah perumpamaan "dua atau tiga lompatan orang dewasa saja".

Keterangan photo : Pembuatan APO program TJSP Pertamina Kilang Dumai di Pesisir Pantai Kelurahan Mundam. 

Tidak terhitung berapa luas daratan yang telah tergerus oleh air lautan. Berapa banyak pula kehidupan tersingkir dari keganasan alam. Mereka terdampak tergusur entah kemana dan yang tersisa pasrah menunggu giliran tiba.

Tiada daya dan tiada upaya mereka hanyalah rakyat jelata yang pasrah pada kehendak alam. Bukan perkara mudah mengatasi abrasi jika tiada campur tangan pihak-pihak berkemampuan. Memikirkan makan saja mereka kelimpungan apalagi untuk mengatasi keganasan alam.

Keterangan photo : Penampakan APO pada Pesisir Pantai di Kelurahan Mundam. 

Satu persatu pohon mangrove tersungkur ke bumi tak sanggup menahan deburan gelombang. Sejengkal dan bertambah sejengkal tanah terus terjungkal ke laut. Deburan ombak semestinya menimbulkan suara bagaikan nyanyian alam. Sebagai pelepas kerinduan dan sekaligus membawa pesan indah dari reriuh lautan menuju daratan. Namun bagi warga pesisir Kelurahan Mundam tidaklah demikian. Deburan dan gulungan ombak bagaikan alarm membawa pesan akan sebuah kehancuran dan kemusnahan.

Pasrah pada keadaan, hanya sebuah mukjizat bisa merubah situasi dan kondisi. Oleh siapa, darimana dan bagaimana mukjizat itu akan tiba. Menjadi sebuah harapan yang menggantung di awang-awang. Kalau untuk berdikari secara mandiri tidak akan terpikirkan oleh mereka (masyarakat pesisir terdampak). Pasrah, putus asa, kecewa dalam ketidakberdayaan namun apa mau dikata.

Ditengah keputusasaan ancaman oleh penomena alam sekali lagi dia datang. Bagaikan pahlawan memberi pertolongan kepada siapa saja membutuhkan bantuan. Lagi dan lagi, dia lagi dan telah berulangkali memberi solusi.

Kali ini dengan sebuah inovasi sederhana, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit II Dumai unjuk gigi untuk mengatasi abrasi. Melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSP) menjawab tantangan. Dengan program bertajuk “Serumpun Paman Bahari" memberikan secercah harapan kembali.

Kini, pemandangan di pesisir Mundam sedikit berbeda. Di beberapa titik, terlihat barisan alat pemecah ombak (APO) tersusun rapi dari ban-ban bekas, menahan laju air laut yang dulu begitu ganas.

Program ini menjadi simbol sinergi antara ekologi dan ekonomi masyarakat pesisir. Namanya mengandung makna: Sinergi Ekologi untuk Masyarakat Pesisir Unggul, Pangan Mandiri, dan Bahari Lestari.

Menjawab Ancaman yang Nyata

Abrasi di Kelurahan Mundam bukan sekadar isu lingkungan, tetapi ancaman nyata terhadap kehidupan warga. Setiap tahun, garis pantai di wilayah ini mundur hingga tujuh meter. Tanah pemukiman terkikis, tanaman mati, bahkan beberapa rumah mengalami roboh.

Area Manager Communication, Relations & CSR RU II Dumai, Agustiawan, mengungkapkan bahwa kondisi tersebut menjadi perhatian serius pihaknya.

“Fenomena perubahan iklim berupa abrasi pantai sudah masif terjadi di Mundam, karena itu, kami melakukan intervensi dengan pendekatan pengelolaan pesisir terpadu,” jelas Agus kepada awak media, Jumat (17/10/2025).

Salah satu langkah inovatif yang dilakukan adalah memasang alat pemecah ombak (APO) dari ban bekas. Selain ramah lingkungan, teknologi ini juga efisien karena memanfaatkan limbah padat hasil industri.

“APO dari ban bekas ini terbukti efektif menahan gelombang sekaligus menambah sedimentasi di garis pantai,” tambahnya.

Dari hasil pengukuran, sejak program ini dijalankan pada 2023, sekitar 451 meter persegi lahan masyarakat berhasil terlindungi dari abrasi. Empat rumah warga dan empat unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kini berada dalam zona aman.

Sedimentasi di kawasan itu pun meningkat hingga 20 persen, sementara penanaman mangrove turut menyerap emisi karbon sebesar 62,4 ton CO?eq, dan 1.064,67 kilogram CO?eq dari pemanfaatan limbah ban bekas.

Dari Limbah Jadi Manfaat

Selain fokus pada penanganan abrasi, Pertamina juga melihat kebutuhan dasar lain masyarakat pesisir: dermaga. Selama ini, nelayan setempat hanya bisa melaut saat air pasang menunggu hingga empat hingga lima jam lamanya. Waktu produktif mereka terbuang percuma begitu saja.

Melihat kondisi itu, Kilang Pertamina Dumai kembali berinovasi. Limbah kayu palet dari kilang dimanfaatkan untuk membangun dermaga konvensional sederhana namun fungsional.

Agustiawan menjelaskan, dermaga ini menjadi bukti bahwa pendekatan lingkungan bisa sejalan dengan pemberdayaan ekonomi.

“Dengan dermaga ini, nelayan bisa langsung berangkat melaut tanpa menunggu pasang, waktu tangkap bertambah, hasil tangkapan pun meningkat,” ujarnya.

Kini, nelayan tak lagi khawatir kehilangan waktu produktif. Hasil tangkapan meningkat hingga 15–20 persen per bulan, sementara akses ke laut menjadi lebih mudah dan aman.

Suara dari Pesisir

Bagi masyarakat Mundam, kehadiran Pertamina bukan sekadar proyek CSR, tetapi wujud nyata kepedulian yang mengubah hidup. Lurah Mundam, Adi Aprianto, menuturkan bahwa APO dari ban bekas memberikan dampak yang bisa langsung dirasakan warga.

“Inovasi Kilang Dumai ini menjadi solusi nyata, sekarang tanah di pesisir sudah mulai kembali terbentuk, bahkan sedimentasi mencapai 50 sentimeter,” ujar Adi disaat dan waktu berbeda.

Sementara itu, Akmaludin, anggota Kelompok Nelayan Mundam, menyampaikan rasa syukurnya.

“Terima kasih atas bantuan yang diberikan, dermaga dan pemecah ombak ini sangat berarti bagi kami, sekarang kami lebih tenang melaut, dan rumah pun lebih aman dari abrasi,” ungkapnya dengan wajah sumringah.

Tentunya bukan hanya, Akmaludin saja merasakan kegembiraan. Sepanjang pesisir pantai Mundam puluhan warga mengalami hal yang sama. Pertamina telah berupaya dan terus berkarya tiada lelah memberi. Masyarakat menanti dan terus menanti inovasi tiada henti oleh perwira kilang Pertamina.

Kebersamaan antara perusahaan dan masyarakat membentuk harmoni baru di wilayah pesisir. Mereka tidak hanya menjaga alam, tetapi juga menghidupkan harapan.

Komitmen Keberlanjutan

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa Pertamina berkomitmen kuat menjaga keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasi.

“Melalui program TJSL, Pertamina berupaya memberikan kontribusi nyata yang berdampak langsung bagi masyarakat dan lingkungan, kami ingin tumbuh bersama masyarakat,” ujar Fadjar.

Pada tahun 2024, Pertamina bersama masyarakat berhasil memasang APO sepanjang 90 meter. Tahun ini, ditargetkan tambahan pemasangan sepanjang 286 meter guna memperluas area perlindungan pesisir.

Upaya ini sejalan dengan komitmen Pertamina dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), terutama poin 13 tentang aksi iklim, poin 14 tentang ekosistem laut, dan poin 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

Menjaga Harapan di Tepi Laut

Kini, ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, warna jingga membias di permukaan laut Mundam. Ombak tetap datang silih berganti, namun kali ini tak lagi menakutkan. Di balik barisan ban bekas yang menahan gelombang, tersimpan simbol harapan bahwa manusia dan alam bisa hidup berdampingan.

Program Serumpun Paman Bahari bukan hanya soal menahan abrasi, tetapi juga tentang menanam optimisme. Bahwa di tengah ancaman perubahan iklim, masih ada ruang bagi kolaborasi, inovasi, dan kepedulian yang nyata.

Dan bagi masyarakat Mundam, ombak yang dulu membawa kecemasan kini berganti menjadi irama kehidupan tanda bahwa pesisir mereka masih punya masa depan. Burung camar kembali bersenandung, para nelayan tersenyum riang. Tiada lagi kecemasan menghantui pikiran bahwa suatu saat tergusur dari pemukiman.

PT Pertamina Dumai telah memberi jawaban atas sebuah kepastian. Bahwa abrasi dapat diatasi dengan sebuah inovasi sederhana. Program Serumpun Paman Bahari menjadi salah satu bentuk nyata komitmen Kilang Pertamina Dumai dalam mengintegrasikan tanggung jawab sosial dengan pelestarian lingkungan.

Melalui pendekatan berbasis komunitas, program ini tidak hanya menjaga ekologi, tetapi juga memperkuat ekonomi dan kemandirian masyarakat pesisir. Menjawab tantangan dari rasa putus asa menjadi sebuah harapan. Sebuah inovasi luar biasa berasal dari hati niat untukmu Ibu Pertiwi.***(RPC)